Postingan

Menampilkan postingan dengan label Rumah adat

Tongkonan-rumah adat Toraja

Gambar
Tongkonan adalah rumah adat Toraja. Atapnya melengkung menyerupai perahu, terdiri atas susunan kayu.  Di bagian depan terdapat deretan tanduk kerbau.  Bagian dalam ruangan dijadikan tempat tidur dan dapur.  Bahkan tongkonan digunakan juga  sebagai tempat untuk menyimpan ma yat.  

Rumah Adat Dulohupa

Gambar
Kekayaan budaya indonesia luar biasa sekali, beragam rumah tradisional merupakan salah satu inspirasi dalam design Rumah Adat Dulohupa merupakan balai musyawarah dari kerabat kerajaan. Terbuat dari papan dengan bentuk atap khas daerah tersebut. Pada bagian balakangnya terdapat anjungan tempat para raja dan kerabat istana beristirahat sambil melihat kegiatan remaja istana bermain sepak raga. Saat ini rumah adat tersebut berada di tanah seluas + 500m² dan dilengkapi dengan taman bunga, bangunan tempat penjualan cenderamata, serta bangunan garasi bendi kerajaan yang bernama talanggeda. Pada masa pemerintahan para raja, rumah adat ini digunakan sebagai ruang pengadilan kerajaan. Bangunan ini terletak di Kelurahan Limba Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo . Selain Rumah adat Dulohupa juga ada Rumah Adat Bandayo Pomboide yang terletak di depan Kantor Bupati Gorontalo. Bantayo artinya 'gedung' atau 'bangunan', sedangkan Pomboide berarti 'tempat bermusyaw

Gajah Manyusu (rumah Banjar)

Gambar
Indonesia kaya dengan budaya dan Gajah Manyusu adalah salah satu rumah tradisional suku Banjar (rumah Banjar) di Kalimantan Selatan. Pada rumah induk memakai atap perisai buntung dengan tambahan atap sengkuap (Sindang Langit) pada emper depan, sedangkan anjungnya memakai atap sengkuap (Pisang Sasikat) atau dapat pula menggunakan atap perisai. Rumah Gajah Manyusu di Kelurahan Antasan Besar, Banjarm asin Tengah, Banjarmasin. Rumah Gajah Manyusu di Kelurahan Pasayangan Selatan, Martapura. Pamedangan di depan hanya sebelah kanan. Pola umum rumah Gajah Manyusu Rumah Gajah Manyusu di Kelayan Dalam, Banjarmasin Tengah, Banjarmasin. Ciri-cirinya : Tubuh bangunan induk memakai atap perisai buntung (bahasa Banjar : atap gajah hidung bapicik) yang menutupi serambi yang disebut pamedangan. Pada teras terdapat 4 buah pilar yang menyangga emper depan (bahasa Banjar : karbil) yang memakai atap sengkuap yang disebut atap Sindang Langit. Empat pilar penyangga emper depan (karbil) pada teras dapa

Omo sebua ( rumah adat nias )

Gambar
Omo sebua adalah jenis rumah adat atau rumah tradisional dari Pulau Nias, Sumatera Utara.  Omo sebua adalah rumah yang khusus dibangun untuk kepala adat desa dengan tiang-tiang besar dari kayu besi dan atap yang tinggi. Omo sebua didesain secara khusus untuk melindungi penghuninya daripada serangan pada saat terjadinya perang suku pada zaman dahulu. Akses masuk ke rumah hanyalah tangga kecil yang dilengkapi pintu jebakan. Bentuk atap rumah yang sangat curam dapat mencapai tinggi 16 meter. Selain digunakan untuk berlindung dari serangan musuh, omo sebua pun diketahui tahan terhadap goncangan gempa bumi. MATERIAL UNTUK STRUKTUR RUMAH ADAT NIAS  Batu Gehomo Batu dengan permukaan rata yang digunakan untuk menyanggah tiang Ehomo (memisahkan tiang Ehomo dari permukaan tanah) Batu cadas sungai yang pahat berbentuk kotak Batu Ndriwa Batu dengan permukaan rata yang digunakan untuk menyanggah tiang Ndriwa (memisahkan tiang Ndriwa dari permukaan tanah) Batu cadas sungai yang pahat berbentuk kot

Rumah Adat Banjar

Gambar
Jenis-jenis Rumah Adat Banjar : Rumah Bubungan Tinggi Rumah Gajah Baliku Rumah Gajah Manyusu Rumah Balai Laki Rumah Balai Bini Rumah Palimbangan Rumah Palimasan (Rumah Gajah Rumah Anjung Surung (Rumah Cacak Burung) Rumah Tadah Alas Rumah Lanting Rumah Joglo Gudang Rumah Bangun Gudang Sejarah dan Perkembangan Rumah Adat Banjar Rumah adat Banjar, biasa disebut juga dengan Rumah Bubungan Tinggi karena bentuk pada bagian atapnya yang begitu lancip dengan sudut 45ยบ. Bangunan Rumah Adat Banjar diperkirakan telah ada sejak abad ke-16, yaitu ketika daerah Banjar di bawah kekuasaan Pangeran Samudera yang kemudian memeluk agama Islam, dan mengubah namanya menjadi Sultan Suriansyah dengan gelar Panembahan Batu Habang. Sebelum memeluk agama Islam Sultan Suriansyah tersebut menganut agama Hindu. Ia memimpin Kerajaan Banjar pada tahun 1596–1620. Pada mulanya bangunan rumah adat Banjar ini mempunyai konstruksi berbentuk segi emp

Berita terbaru