Mahalnya biaya sekolah dibalik program peningkatan mutu pendidikan

Lima tujuan dari grand desain dan strategi pendidikan :
  1. Akses ketenaga kerjaan ke seluruh wilayah
  2. Pembangunan infrastruktur gedung
  3. Mutu lembaga pendidikan
  4. Kualitas guru dan para dosen 
  5. Out put dunia pendidikan.
hingga saat ini belum ada informasi yang berimbang tentang pendidikan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pada akhirnya data versi pemerintah yang dijadikan bahan baku perencanaan strategis pendidikan nasional pada tahun-tahun berikutnya. Rakyat miskin akan tetap merasakan mahalnya biaya pendidikan.
Elemen rakyat yang peduli terhadap pendidikan kesulitan untuk mengetahui seberapa besar tingkat partipasi pendidikan rakyat, akses terhadap pendidikan, pengetahuan tentang kualitas pendidikan, biaya pendidikan, persepsi orang tua tentang pendidikan, partisipasi orang tua dalam tata kelola pendidikan dan proses pembelajaran anak secara nasional.

Padahal secara kasat mata, beberapa hari belakangan ini betapa maraknya ketidakadilan pendidikan, khususnya menjelang tahun ajaran baru.
Semakin santer saja isu biaya pendidikan yang semakin mahal. Parahnya, mahalnya biaya pendidikan tidak hanya berlaku pada satu jenjang pendidikan saja. Dari jenjang perguruan tinggi sampai sekolah dasar pun sudah berlaku. Seolah tidak ada lagi kontrol yang tegas dari pihak-pihak yang mengaku peduli terhadap masa depan anak bangsa. Ini ibarat penomena gunung es yang tidak transparan.
Banyak orang tua siswa yang mengeluh dan merasa berat, apa lagi kalau diberlakukan sekolah bertaraf internasional yang syaratnya harus mandiri keuangan dan kurikulum


Komentar

  1. biarpun ada wacana peningkatan mutu pendidikan aku sendiri koQ masih miris ya Sob knp yg dikorbankan mesti Murid padahal dana Bozz jelas2 memang untuk sekolah.....

    wah aku cuma bisa berharap yg terbaik utnuk pendidikan di negri ini......

    Semangat n happy blogging!!

    BalasHapus
  2. sebagai orang tua, pasti tiap tahun ajaran baru dipusingkan dengan biaya pendidikan yang terus meningkat tiap tahunnya, padahal masih sekolah dasar apalagi nanti... ke jennjang yang lebih tinggi... hhhh

    BalasHapus
  3. Mengapa pendidikan mahal dan mutu kurang?
    Mari kita analisa dari Lima tujuan dari grand desain dan strategi pendidikan diatas :

    1. Akses ketenaga kerjaan ke seluruh wilayah
    2. Pembangunan infrastruktur gedung
    3. Mutu lembaga pendidikan
    4. Kualitas guru dan para dosen
    5. Out put dunia pendidikan.

    1. Antara kebutuhan riil SDM dan program pendidikan belum terprogram dan bersinergi secara baik dan tepat guna dan terpola sesuai kebutuhan pembangunan dan permintaan lapangan. Dgn begitu terjadi ketimpangan antara jurusan maupun lapangan kerja, karena tdk tepat akibatnya biaya pendidikan aktual mahal dan tak tersalurkan, itu seakan hasilnya tdk bermutu padahal blm tentu. Setiap daera/secara nasional mesti membuat kurikulum berjangka disesuaikan program pembangunan yg akan negara lakukan. Jika tdk, akan tumpang tindih dan tindih menumpang satu dgn lainnya tdk jelas.
    2. Hal ini saya kira relatif, karena harus menyesuaikan program pendidikannya. Selama ini saya kira masih cukup, cuma krn adanya penyalah gunaan mungkin terjadi ada sementara tempat tdk sesuai limit time bangunan yg diharapkan.
    3. Mutu lembaga pendidikan, mestinya dgn adanya otonomi yg lbh bisa dimanfaatkan meningkatkan mutu sbg daya picu bersaing satu dgn lainnya pd jenjang dan jenis lemabaga pend yg setara dan sama. Namun krn mrk masih kurang dlm hal memacu mencapai dan meningkatkannya, hasilnya tetap saja begitu2 saja begini.
    4. Dgn adanya sertifikasi dari program pemerintah, harus di capai minimal 80% terwujud dan terukur untuk mencapai "mutu". Jika tunjangan profesi hanya untuk mencapai kenaikan tunjangan penadapatan guru/dosen, maka penilaian saya selaman ini hasilnya negatif dibelakang nol besar. Artinya, yg mendapat sertifikasi harus guru dan dosen yg "BERMUTU" krn tujuannya untuk mengejar mutu pendidikan, bukan pendapatan guru/dosen. Bukan masa kerja, bukan umur, bukan hubungan dsjnis sbg acuan, tetapi kemampuan profesi dan kemampuan intelektual mengajar/mendidik shg menghasilkan anak didik bermutu.
    5. Out put, saya kira tergantung 1, 2, dan 4 diatas dan didukung nomor 3. Out put pendidikan selama ini seperti tdk lagi menjadi tanggung jwb mendiknas. Seakan lepas begitu saja, padahal itu yg mestinya dijadikan acuan prgram pendidikan dasawarsa tahun kedepan. Sebagai contoh; lulusan jurusan tertentu berapa yg nganggur, yg terserap yang wira usaha dst mesti didata dan diumumkan mendiknas kepada publik sbg pertanggung jwbnnya secara terbuka, secara rutin supaya masyarakat bisa memilih jurusan dgn acuan yg jelas dan menghindari pengangguran intelektual. Disamping juga tentusaja pemerintah membuat program pendidikan yg kosong dan diperlukan pasar kerja.

    Kesimpulannya masih jauh api dari panggang untuk mendapatkan pendidikan murah dan bermutu serta seluruh out put didiknya bisa mendapat lapangan kerja sesuai jurusan pendidikannya dari jenjang dan lembaga pendidikan manapun di Indonesia ini.

    BalasHapus
  4. huhuhu emang bener mahal yah biasa sekolah anak2 kita nanti...mangkanya mulai skrg kita harus gemar menabung.... :)

    oh ya aku udah follow ur blog http://kibagusx.blogspot.com/ ...follow me juga yah :) Thanks.

    BalasHapus

Posting Komentar

Note :
. Komentar yang mengandung usur pornografi / sara / kekerasan akan dihapus.
. Terima kasih komentarnya...
. Semoga Bermanfaat...

Berita terbaru

Postingan populer dari blog ini

Memahami Mutu Beton fc (Mpa) dan Mutu Beton K (kg/cm2)

Mengenal bagian kusen pintu dan jendela kayu

Menentukan ukuran Tangga dan Anak Tangga untuk bangunan bertingkat

Menghitung Volume Besi per-m3 beton bertulang